Suasana beberapa menit setelah tsunami |
Geuchik Lampulo, Alta Zaini mengatakan, setiap tahunnya warga Lampulo menjadikan lokasi terdamparnya kapal nelayan di atas rumah warga tersebut sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami. Untuk beberapa saat, seluruh masyarakat diimbau menghentikan aktivitasnya. “Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu mengingat peristiwa itu, karena kita masih diberikan kesempatan untuk hidup, kita harus dapat memetik hikmahnya,” katanya, Minggu, 26 Desember 2010.
Usai doa bersama, warga akan menggelar pameran hasil kerajinan dan pameran foto seni Islam. Selain menggelar doa bersama, warga juga akan menjadikan lokasi tersebut menjadi salah satu objek wisata di Banda Aceh. “Obyek wisata boat di atas rumah ini akan kami beri nama obyek wisata 'Peringgatan Allah', ini sangat menggambarkan bagaimana dahsyatnya peristiwa itu,”sebutnya.
Selama ini kata Alta, kapal nelayan yang terdampar itu tidak terawat. Pemerintah kota Banda Aceh juga tidak memanfatkan lokasi tersebut dengan baik dan tidak memberikan biaya perawatan untuk peninggalan musibah tsunami Aceh itu. “Makanya kami akan mengelola sendiri lokasi ini, kami akan rawat supaya nantinya semua orang ingat dengan musibah tsunami yang pernah terjadi di Aceh,”ujarnya.
Sementara itu, nelayan di Aceh juga diminta tidak melaut pada hari ini. Para nelayan dihimbau untuk menggelar doa di atas kapal motor mereka masing-masing. “Keputusan Panglima Laot hari ini hari pantang melaut, memang setiap tahun sudah begitu,” kata Sulaiman, nelayan di kawasan Penayong, Banda Aceh.
Menurut Sulaiman, selain mengelar doa bersama di atas kapal masing-masing, hari pantang melaut ini juga dimanfaatkan para nelayan untuk memperbaiki alat tangkapan mereka.
No comments:
Post a Comment